Grobogan, NU Online
Saat KH Abdul Karim Lirboyo datang nyantri kepada Syaikhuna Kholil, Bangkalan, Madura,yang bersumber dari KH Abdul Aziz Mansur, Paculgowang, Jombang, dalam Haflah Akhirussanah Madrasah Diniyyah Tajul Ulum, Brabo, Grobogan, Jawa Tengah, Ahad (1/5).
seketika itu ia langsung mendapat ujian dari gurunya. “Mbah Karim langsung disuruh jongkok kemudian dikurung dalam sangkar ayam hingga sangkar itu dibuka kembali oleh Mbah Khalil sampai entah suatu saat nanti, Mbah Karim menurut,” kisah ini diceritakan KH M Shofi Al Mubarok Baedlowie, 

Ujian semacam itu, lanjut alumnus Pesantren Krapyak Yogyakarta ini, dilakukan para kiai kepada santrinya dalam rangka membersihkan hati (tazkiyatun nafs). “Hal ini penting, karena ilmu itu suci, tidak akan masuk kecuali kepada jiwa yang suci pula,” tutut pria yang biasa disapa Gus Shofi ini. 

Selain harus berhati bersih, pencari ilmu harus berani bersusah payah. Ia mengutip satu ayat yang mengisahkan bahwa Nabi Musa dalam pencarian ilmunya merasa kecapekan sebagaimana yang termaktub dalam QS Al Kahfi ayat 62. 

Dikisahkan, karena memisah pertikaian, Nabi Musa pernah menghantam salah seorang hanya dengan sekali hantaman, namun ternyata bisa mengakibatkan kematian seseorang.  Hal ini merupakan bukti bahwa secara fisik Nabi Musa itu kuat. 
“Namun Nabi Musa yang hebat seperti itu, ketika mengembara mencari guru bernama Nabi Khidlir, ia bercerita kepada Yusya’ bahwa ia merasa kecapekan. Ini berarti penuntut ilmu harus berani bersusah payah,” tegas Gus Shofi. 

Kepada para hadirin, dengan menyitir nasihat bijak Salman Al Farisi, Gus Shofi mengingatkan orang pintar apa saja itu boleh, namun ilmu agama harus menjadi garda paling depan. “Jangan sampai ada wanita pintar bahasa Inggris, Perancis, Korea, tapi membersihkan najis saja tidak bisa, ilmu haid tidak faham,” katanya mengingatkan. (Mundzir/Zunus) 

Post a Comment

 
Top