Dahulu ketika Kyai Abdul karim masih nyantri, teman2nya selalu melakukan musyawarah di kamarnya seusai ngaji. Mereka ingin benar2 memahami ilmu yang diajarkan, karena Mbah Kyai Kholil (sang guru) ketika mengajar tidak pernah memberi tarkib penuh. Sehingga mereka harus musyawarah ulang jika memang benar2 ingin memahami pelajarannya. Mereka sering bertanya pada mbah Kyai Abdul Karim tentang pelajaran yang musykil dan meminta untuk diajari oleh beliau. Suatu ketika, teman2nya pun sepakat untuk memberi bisyaroh / upah tiap selesai musyawarah, karena mereka tau beras beliau sudah habis.

Tiap ada yang memberikan uang, langsung beliau masukkan ke bawah tikar. Setelah beberapa waktu Syaikhona Kholil memerintahkan roan kebersihan semua kamar santri dan tikar2 harus dijemur. Lalu beliau terkejut, karena ternyata uang dibawah tikar terkumpul banyak sekali.

Beliau menangis sambil berkata, "ya Alloh gusti yang saya cari bukan ini gusti. Jangan2 ilmuku hanya Engkau ganti dengan uang ini. Bukan ini yang saya cari. Namun kalau ini merupakan rejeki saya, jangan jadikan uang ini merupakan ganti dari ilmu saya, Jangan merupakan ganti dari saya mengajarkan ilmu. Saya ikhlas"

Diceritakan oleh: KH. Abdul Aziz Manshur

Post a Comment

 
Top